Halo semuanya pada sehat sehat aja kan ,saya disini alhamdulillah sehat . Pada kesempatan yang berbahagia ini sekaligus dalam rangka menyambut hari RA KARTINI 21 April 2015 saya ingin membagikan Biografi RA Kartini Spesial Hari kartini 21 April 2015 untuk kalian semua. Oke langsung saja liat dan baca di bawah ini.
BIODATA
Nama
Lain
: Raden Ayu Kartini, RA Kartini
Tanggal
Lahir
: 21 April 1879
Zodiak
: Taurus
Tempat
Lahir
: Bendera Belanda Jepara, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Tanggal Meninggal
: 17 September 1904
Tempat Meninggal : Rembang,
Jawa Tengah, Hindia Belanda
Diknal
karena
: Emansipasi wanita
Warga
Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Pasangan
: K.R.M. Adipati Ario Singgih, Djojo Adhiningrat
Anak
: R.M Soesalit
PENGHARGAAN RA KARTINI
- Pahlawan Kemerdekaan yang ditetapkan pada tanggal 2 Mei 1964
- Tanggal 21 April merupakan tanggal untuk memperingati hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini
- Nama RA Kartini mendapat penghargaan dengan menjadikan namanya sebagai nama jalan di beberapa kota di Belanda. Sebut saja, di Utrecht, Venlo, Amsterdam, Haarlem.
BUKU RA KARTINI
- Habis Gelap Terbitlah Terang
- Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya
- Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
- Panggil Aku Kartini Saja
- Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya
- Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903
BIOGRAFI RA KARTINI
Raden Ajeng
Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak
salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah
lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat
yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk
dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang
tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan
kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan
lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok
(pembantunya).
Akhirnya membaca menjadi kegemarannya,
tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada
kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu
menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan
berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia).
Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya
didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan
teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan
lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat
dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis
surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di
negeri Belanda.
Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat
dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orang tuanya dengan Raden
Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang.
Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung
mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor
kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung
Pramuka. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun,
menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan
kaya.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya,
Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari
kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini
dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.. Berkat kegigihannya Kartini,
kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912,
dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah
lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan
Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan
surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di
Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis
Gelap Terbitlah Terang”.
Saat ini mudah mudahan di indonesia akan terlahir kembali kartini kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan banyak orang. Di era kartini ,akhir abad 19 sampai awal abad 20 , wanita wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964,
tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan
Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk
diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari
Kartini. Belakangan ini, penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar
agak diperdebatkan. Dengan berbagai argumentasi, masing-masing pihak memberikan
pendapat masing-masing. Masyarakat yang tidak begitu menyetujui, ada yang hanya
tidak merayakan Hari Kartini namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada
tanggal 22 Desember.
Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan
pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya. Namun yang lebih ekstrim
mengatakan, masih ada pahlawan wanita lain yang lebih hebat daripada RA
Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan
Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Dan
berbagai alasan lainnya. Sedangkan mereka yang pro malah mengatakan Kartini
tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita
Indonesia saja melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan
pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara
pikirnya sudah dalam skop nasional. Sekalipun Sumpah Pemuda belum dicetuskan
waktu itu, tapi pikiran-pikirannya tidak terbatas pada daerah kelahiranya atau
tanah Jawa saja. Kartini sudah mencapai kedewasaan berpikir nasional sehingga
nasionalismenya sudah seperti yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda 1928.
Terlepas dari pro kontra tersebut, dalam sejarah bangsa ini
kita banyak mengenal nama-nama pahlawan wanita kita seperti Cut Nya’ Dhien, Cut
Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw
Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan lainnya. Mereka berjuang di daerah, pada
waktu, dan dengan cara yang berbeda. Ada yang berjuang di Aceh, Jawa, Maluku,
Menado dan lainnya. Ada yang berjuang pada zaman penjajahan Belanda, pada zaman
penjajahan Jepang, atau setelah kemerdekaan. Ada yang berjuang dengan
mengangkat senjata, ada yang melalui pendidikan, ada yang melalui organisasi
maupun cara lainnya. Mereka semua adalah pejuang-pejuang bangsa,
pahlawan-pahlawan bangsa yang patut kita hormati dan teladani.
Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil
tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan
perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami
perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan
keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari
belenggu diskriminasi. Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum
wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut.
Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan
penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.
Sekian Postingan saya kali ini tentang Biografi RA Kartini semoga bisa menambah wawasan anda tentang pahlawan pahlawan di negeri kita tercinta ini.
Sekian Postingan saya kali ini tentang Biografi RA Kartini semoga bisa menambah wawasan anda tentang pahlawan pahlawan di negeri kita tercinta ini.
ConversionConversion EmoticonEmoticon